Bisnis Bakso Malang dengan kualitas rasa dan isiannya sudah menjelma menjadi merek kuliner penting di Indonesia. Semua pelanggan mengenalnya, dari namanya saja sudah terbayang satu mangkok lengkap isian dan gurihnya kuah kaldu. Dari konsep jajanan kaki lima sampai dengan skala food court punya pasar tersendiri. Tergantung dari anda sendiri yang ingin mencobanya tanpa ada keraguan untuk memulainya. Memang bisnis bakso cukup banyak konsepnya, tetapi bakso malang lebih komplit isiannya. Ada pentol, mie kuning, sayur, pangsit, dan lainnya. Jadi, konsumen sudah mengetahui betapa lezatnya kuliner ini dengan harga yang sangat terjangkau. Melihat banyaknya rekan di luar sana yang ingin mengadu nasib di bisnis bakso malang dengan perbedaan dengan jenis bakso lainnya maka saya mencoba menulis artikel di blog segeratravelingguys.blogspot.com ini. Semoga tulisan saya ini dapat menambah wawasan untuk rekan pemula sebagai petunjuk. 1. Latar Belakang Bisnis Bakso Malang. Salah satu jenis kuliner y
Pertanyaan Pertama Harus Anda Jawab Apabila Ingin Menjadi Seorang Pebisnis Tetapi Tidak Mengetahui Harus Darimana Memulainya
Memang ini pengalaman saya sendiri yang ingin sharing ke teman semua saat pertanyaan pertama yang harus dijawab saat ingin menjadikan bisnis dan dari mana harus memulainya. Semoga dengan tulisan ini sedikit memberikan jawaban bagaimana proses yang saya lakukan sehingga sampai saat sekarang ini tetap menekuninya bahkan ada bisnis sampingan lainnya dapat saya sembari untuk memaksimalkan kesempatan dengan nilai ekonomi yang cukup baik di masa sekarang dan akan datang.
credit: themerkle.com |
Awalnya saya sekitar tahun 2000 rencana menjadi seorang karyawan kantoran begitu tinggi dan perusahaan yang saya incar tentu sudah ada rencananya. Tetapi kesempatan untuk meraihnya dapat terwujud sekitar 6 tahun kemudian dimana saya harus berpindah perusahaan sampai beberapa kali demi mendapatkan gaji yang baik dan cukup untuk kehidupan sehari-hari hingga menabung. Selama bekerja tentu banyak sekali rintangan dan tantangan yang saya hadapi termasuk achievement di masing-masing posisi. Proses ini tetap berlangsung dan saya selalu melihat beberapa rekan sesama kuliah sudah mulai hijrah dan memulai bisnis dan akhirnya melepaskan posisi sebagai karyawan untuk menekuninya sampai saat sekarang.
Memang awalnya saya berfikir dengan posisi yang sudah dia raih saat itu cukup strategis dan bahkan telah mampu memimpin beberapa cabang yang dia kelola tetapi dia memilih berhenti untuk menekuni pilihan yang akan menjadi jalan hidupnya sampai sekarang ini. Awalnya saya tidak berani menanyakan kenapa harus berhenti dan memilih pekerjaan yang cukup berbeda dengan pekerjaan kantoran dan tetap saya simpan pertanyaan tersebut sampai sekarang. Fenomena ini menjadi pemikiran bagi saya dan saatnya saat mengikuti jejak dia sekitar tahun 2014 untuk menekuni bisnis yang saya kelola sehingga saya memutuskan untuk berhenti menjadi seorang karyawan kantoran.
Mungkin proses ini yang akan saya angkat menjadi tema tulisan konten karena cukup baik bagi rekan yang sulit sekali untuk menentukan pilihan dan harus dari mana memulainya sehingga siklus ini selalu berlanjut bahkan menjadi kegamangan untuk melangkah saat keinginan itu sudah mulai kuat. Jika dilihat dari pengalaman saya sebelum tahun 2014 itu saya merasa waktu saya sangat banyak habis di kantor dan waktu istirahat saya terasa kurang karena di DKI Jakarta memang sangat "hectic" sekali dalam berbagai hal terutama transportasi yang cukup padat pada waktu pagi berangkat kerja begitu juga waktu pulang. Kedua waktu ini tentu sangat menyita kosentrasi saya hingga habis di jalan memang benar adanya. Tidak itu saja, suasana kantor pada waktu itu sudah tidak kondusif maka saya selalu berfikir untuk hijrah ke bisnis sehingga rencana ini begitu kuat dan pada waktu yang tepat saya mengajukan surat resign kepada HRD.
Rata-rata hal yang sangat banyak ditemukan baik dari saya dan beberapa teman lainnya saat mereka bermimpi untuk memulai bisnis ini karena ada rasa ketidakpuasan di lingkungan pekerjaan atau jumlah gaji yang diterima setiap bulan tidak cukup jika dibarengi dengan jumlah pekerjaan semakin banyak. Fenomena ini lah yang mengukuhkan diri untuk ingin memulai bisnis di dalam hati tetapi pertanyaan berikutnya adalah "bisnis apa yang cocok dengan saya?" terus "apa saya mampu melakukannya" terus "apakah saya bisa sukses jika dibandingkan dengan pekerjaan yang tekuni sekarang?" dan seterusnya. Ini lah rentetan pertanyaan menurut saya masih banyak lagi yang membuat kegamangan hingga tekat bulat menjadi tertunda dan memang benar saya rasakan sendiri.
Saya merasakan sekali di saat di lingkungan pekerjaan yang tidak kondusif dan gejolak batin selalu menghantui tentu juga sama dengan rekan lainnya. Kedua suasana yang berbeda lokasi menjadi satu saat anda rasakan sehingga kegelisahan, kemalasan, hingga tidak semangat untuk menyelesaikan pekerjaan ini terasa berkurang saat mengawali diterima diperusahaan ini. Ada rasa ketidakpuasan suasana dan pendapatan ingin mendapatkan lebih dari sekarang maka saya harus bisnis sebagai jawabannya. Tentu saja alasan ini lah yang rata-rata banyak muncul dan apabila sudah berkeluarga kebutuhan sudah mulai meningkat tidak mungkin pekerjaan yang tidak ada tantangan lagi dan karir tentu harus banting stir untuk memantapkan bisnis ini. Intisari ini juga yang menyertai pemantapan pilihan untuk membuat bisnis ini dapat diandalkan setelah saya melihat dari teman yang sudah tidak bekerja lagi begitu enjoy dengan dunia baru dan mendapatkan penghasilan yang jauh dari gaji bulanan.
Kegalauan ini selalu saya rasakan dan melihat tulisan dari teman yang sudah mulai hijrah memberikan semangat apalagi waktu yang dirasakan begitu tenang, tidak ada stress, tidak ada dateline laporan, waktu sama keluarga begitu banyak, dan lain sebagainya. Melihat efek positif yang dirasakan ini saya selalu berfikir perbedaan yang mendasar ini tentu ingin dirasakan oleh karyawan kantoran seperti saya pada waktu itu sehingga pantas lah bisnis ini menjadi hal yang sangat dinanti karena efek yang sangat baik tentu telah dirasakan.
Tapi jangan senang dulu, suasana di bisnis tidak menentu saya harus putar otak untuk bisa menghasilkan setiap hari dan target yang saya buat sendiri harus terlaksana dengan baik. Siklus ini selalu ada setiap hari tetapi saya merasa enjoy sekali dengan suasana ini. Target yang lakukan saya sendiri yang tentukan, pola kerja seperti apa saya juga yang membuatnya, waktu yang saya habiskan sesuai dengan keinginan saya. Nah, ini lah esensi yang saya cari selama ini dan begitu senangnya saat sekarang. Semua momen yang saya rasakan ini tetap enjoy dirasakan bahkan ada bisnis lain yang dapat lakukan secara bersama-sama agar maksimal nilai ekonomi yang diinginkan segera terwujud.
Apabila rekan pemula yang merasakan hal yang sama seperti ini maka tulisan ini dapat memberikan semangat untuk mengetahui pertanyan pertama yang harus di jawab jika menjadi seorang pe-bisnis tetapi tidak mengetahui harus memulai dari mana me-mulai-nya. Ini lah tahap yang akan memberikan cakrawala berfikir yang telah saya lakukan sehingga saat sekarang ini saya sudah merintisnya bisnis tepat sesuai dengan karakter yang saya idamkan selama ini.
KAMU COCOK DI BIDANG APA?
APA YANG KAMU SUKA?
BISNIS APA YANG MEMBERIKAN RASA BEBAS DAN PUAS?
Pertanyaan ini segera harus dibahas karena esensi permasalahan ini tentu banyak dirasakan oleh rekan lainnya sebagai kunci paling utama untuk menjawab misteri yang harus digali ke permukaan supaya dapat mengetahui ternyata ini lah saya rasakan sewaktu proses ini berlangsung.
1. Saya cocok di bidang apa?. Pertanyaan yang sangat mendasar selama ini harus mengetahui di dalam kapasitas diri apa yang menjadi hal yang begitu cocok bagi saya untuk melakukan bisnis ini sehingga passion tersebut dapat menghasilkan uang. Terkadang saya awalnya tidak menyadari bahwa pengalaman pekerjaan sebagai Auditor yang suka menulis di laporan menjelaskan semua temuan yang saya hadapi saat pemeriksaan ternyata itu lah hal yang saya suka. Menulis merupakan laporan yang sangat penting bagi perusahaan untuk mengetahui hal apa yang sebenarnya terjadi di project dan apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan keadaan tersebut supaya tidak terjadi lagi.
Hal ini saya rasakan saat sekarang ini, begitu saya mengetahui skill menulis merupakan esensi yang saya dapatkan untuk sebagai blogger di blog ini. Berbagai topik tulisan saya tulis tentu menjadi kebanggaan tersendiri dimana susunan kata yang ada di satu konten ini mampu memberikan inspirasi bagi rekan lainnya dan pastinya akan memberikan nilai positif lainnya. Saya juga menggunakan skill ini untuk menghasilkan nilai pekerjaan lainnya seperti berjualan secara online di blog lain dan pastinya tulisan tersebut akan disukai oleh mesin pencari seperti Google, Bing, dan Yahoo karena originalitas dari saya yang belum ada tulisan ini sebelumnya.
2. Hal yang saya sukai adalah waktu yang ada bisa saya maksimalkan tidak hanya di satu bidang saja tetapi berbagai bidang bisa sembari melakukannya sehingga menghasilkan nilai ekonomi yang jauh lebih baik lagi. Seperti seorang penulis artikel seperti ini saya juga melakukan pekerjaan lainnya sehingga saya merasa menikmati semua momen yang terjadi dan ini lah yang membuat saya "all-out" semua ide untuk memenangkan kompetisi harus selalu saya pikirkan. Jika ide itu sangat brilian maka saya coba menyelesaikan secara bertahap ada progres sehingga pada waktunya menjadi sebuah maha karya yang dapat dibanggakan.
3. Bisnis yang memberikan rasa puas dan bebas ya menjadi seseorang yang tidak ada tekanan dari pihak mana pun, saya melakukannya dengan enjoy, waktu saya yang mengatur, dan hasilnya maksimal. Keseluruhan elemen ini harus selalu menyatu supaya strategis pemikiran saya bagaimana menyelesaikan ini semua dapat tepat waktu dan target pasar menyambutnya dengan baik. Pepatah mengatakan untuk seorang bisnis adalah "time is money" memang benar adanya. Jika setiap waktu adalah strategi yang harus saya lakukan agar roda bisnis tersebut tetap berjalanan dan ada progresnya untuk jangka pendek atau jangka panjang.
Related Post:
Related Post:
PENUTUP.
Jadi pertanyaan ini lah yang menjadi esensi saat keraguan untuk melangkah sangat manusiawi terjadi. Karena posisi pekerjaan menjadi seorang karyawan sudah terasa "settled" dan gaji bulanan sudah pasti didapat bahkan ada bonus tahunan jika perusahaan membukukan labanya akan dibagikan. Terlena dengan fasilitas lainnya pastinya untuk berpindah akan sulit kecuali anda pindah ke perusahaan lain dengan peningkatan gaji. Tentu berbeda dengan bisnis, tidak ada gaji bulanan tetapi harian anda harus menghasilkan. Nah, ini lah yang menjadi kegamangan atau keraguan bagi rekan pemula untuk menyesuaikan diri akan fenomena ini akan digadapi. Ketakutan akan tidak berhasil hingga hal lain membuat keinginan untuk berbisnis menjadi terkubur tidak terlaksana dengan baik.
Kembali ke diri sendiri, apa yang sebenarnya anda inginkan. Jika menjadi seorang karyawan ujungnya juga akan pensiun begitu juga saat saya resign awal juga pensiun. Tetapi pensiun saya dini walaupun tidak mendapat sebanyak dari rekan yang sudah masuk masa pensiun nanti mendapatkan beberapa tunjangan lainnya dan akhirnya tidak bekerja lagi, ujungnya akan berbisnis juga. Saat saya pensiun dini saya tidak mendapatkan sebanyak tunjangan uang saat dipensiunkan seperti rekan lainnya tetapi telah membangun bisnis ini tetap berlangsung "semoga" sampai rekan kerja lainnya yang masih di kantoran pensiun akan merintis bisnis baru saya sudah memilikinya.
Hidup adalah pilihan, setiap pilihan ada konsekwensi. Apapun itu tetap hargai, berbisnis tidak ada yang memaksa tetapi keinginan kuat dari diri sendiri. Jika ingin berbisnis segera bangun dari tidur, begitu juga anda yang masih betah menjadi seorang karyawan tentu sudah menjadi pilihan. Semua konsekwensi ada plus dan minus bagaimana kita semua menyikapi dan tetap berusaha memberikan hal yang terbaik untuk diri sendiri, keluarga, dan komunitas sosial. Semoga tulisan ini dapat memberikan sinar bagi rekan yang masih bingung posisinya dimana apakah seorang pebisnis atau seorang karyawan.
Komentar
Posting Komentar
Yuk, sharing komentar