Fenomena dunia ramai dedolarisasi USD saat sekarang sudah sangat besar sekali riak gelombangnya. Awal mulanya saat Amerika Serikat menggunakan power keperkasaan dolar dalam perang Rusia dan Ukraina. Jadi, negara yang bersengketa saat sebelum perang banyak bertransaksi dengan USD terkendala dengan dibekukannya berbagai afiliasi dolar terhadap lalu lintans keuangannya. Akibatnya, aset negara dan devisa dalam USD tidak bisa digunakan hingga beberapa afiliasi dari perusahaan Amerika di negara Rusia berhenti beroperasi.
Fenomena ini tentu diikuti oleh sekutu Amerika, mengakibatkan Rusia dikucilkan dengan berbagai dampak dari perang tersebut. Dari fenomena ini tentu sampai sekarang gema dedolarisasi begitu tinggi pengaruhnya pasca perang Rusia dan Ukraina ini. Tentu kita semua ingin tahu dedolarisasi ini tentu punya dampak terhadap perekonomian apalagi lalu lintas perdagangan harus ada mata uang pengganti sebagai pembayaran transaksi.
Apa itu dedolarisasi?.
Dedolarisasi adalah proses untuk mengganti posisi mata uang dolar US saat melakukan transaksi internasional. Hal ini tidak hanya dalam transaksi migas saja bahkan untuk ekspor-impor juga sudah mulai menginggalkan dolar US.
Memang saat sekarang pemakaian dolar US sangat tinggi sekali, hampir semua proses transaksi internasional menggunakan mata uang ini. Saat Amerika Serikat memiki kebijakan atas mata uang mereka maka pasti akan terjadi gejolak di global. Seperti The Fed mengeluarkan kebijakan sudah pasti akan berpengaruh kondisi USD di dunia dan negara yang lain yang menggunakannya.
Sejarah Awal USD Dominasi Penggunaannya.
Kilas sejarah tentu harus kita kenali, awal mula USD ini di cetak sekitar tahun 1914. Setelah waktu berjalan 10 tahun lembaga The Fed yang menjadi Bank Sentral Dunia melakukan cetak uang dalam pecahan USD 10, dan resmi digunakan di dunia internasional.
Kepopuleran USD ini menjadi mata uang yang baru mulai dikenal, saat perang dunia kedua sekitar tahun 1944. Masa itu negara di dunia mencari sebuah sistem nilai tukar saat transaksi tetapi saling memberikan keuntungan bukan merugikan. Sekitar 44 negara yang menjadi sekutu Amerika Serikat saat itu melakukan kesepakatan bahwa USD digunakan sebagai mata uang untuk bertransaksi.
Baca juga: Redenominasi Rupiah: Arti, Kilas Sejarah, dan Dampak Terhadap Perekonomian Indonesia
Fenomena Dedolarisasi Saat Sekarang 2023.
Berjalannya waktu, beberapa negara melakukan kerjasama untuk menggunakan mata uang tertentu saat terjadi pembayaran transaksi. Saat sekarang ada BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) telah melakukan kerjasama menggunakan mata uang baru saat melakukan pembayaran. Hal ini menjadi pelopor dedolarisasi saat sekarang sehingga beberapa negara mulai melirik manfaatnya.
Beberapa sumber penulis mendapatkan informasi bahwa Indonesia saat sekarang sudah melakukan kerjasama bilateral menggunakan mata uang masing-masing negara. Kerjasama yang dilakukan bernama LCT (local Currency Transaction) sehingga tidak menggunakan USD lagi saat melakukan pembayaran.
Bahkan Indonesia juga melakukan kerjasama beberapa negara di ASEAN seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina dan mengikut negara lainnya ini telah menyetujui untuk penyelesaian transaksi lintas batas dengan QR code, fast payment, data, hingga dapat diterimanya mata uang lokal. Hal ini akan mempermudah transaksi masing-masing negera tidak perlu lagi perantara USD untuk settlement-nya.
Kenapa Dedolarisasi ini Bisa Masif Terjadi Saat Ini.
Saya mengutip dari halaman CNBC Indonesia menyebutkan bahwa USD saat sekarang semakin tergerus penggunaannya. Pasca perang Rusia dengan Ukrainia ini tentu menjadi pemicu dedolarisasi. Awalnya menjadi mata uang standar cadangan devisa saat sekarang sudah mulai berkurang secara global bahkan lebih cepat 20 tahun terakhir.
Pembekuan devisa dalam USD oleh Amerika Serikat dan sekutunya ini tentu sangat mempersulit Rusia untuk melakukan transaksi. Berbagai cadangan devisa yang diletakan di luar negeri tidak dapat melakukan settlement. Jadi, sepertinya USD menjadi senjata yang digunakan oleh Amerika Serikat untuk menekan negara lain sehingga efek dedolarisasi semakin masif terjadi sampai saat sekarang ini.
Bahkan dampak yang dirasakan juga oleh pelaku bisnis di Indonesia. Penguatan nilai rupiah memberikan hal positif seperti pengadaan barang yang di bayar dalam USD atau Euro menjadi lebih murah. Menurut CNBC berbicara di industri kesehatan dimana eksposure untuk pengadaan tertentu menggunakan USD atau Euro lebih menguntungkan perusahaan tetapi pencatatannya dalam rupiah. Jadi, hal tersebut memberikan peluang besar untuk ekspansi terhadap keputusan strategis perusahaan dengan membeli high-end peralatan medical yang sudah sangat terjangkau.
Komentar
Posting Komentar
Yuk, sharing komentar